Film kedua dimulai dengan Dakis Nomin dan Dakis Nawi menulis
kata-kata terakhir mereka di dinding, mengatakan ambivalensi mereka. Ketika
berita perang pecah terbuka, polisi Kojima Genji terancam, tapi ia yakin
Temu Walis dan anak buahnya tidak akan melawan kepada Jepang.
Pemerintah kolonial melihat pemberontakan sebagai krisis besar, dan mengirimkan Mayor Jenderal Kamada Yahiko yang terkemuka dengan 3.000 polisi dan tentara, untuk melawan 300 orang di sisi Mona Rudao ini. Akhirnya, Pawan Nawi dan anak laki-laki lainnya mendapatkan tato wajah mereka. Dalam hutan beberapa orang mulai melakukan bunuh diri untuk kembali kepada roh leluhur mereka. Dakis Nomin, istrinya Obing Nawi dan pemuda Dakis Nawi mati di sana dengan harakiri.
Pemerintah kolonial melihat pemberontakan sebagai krisis besar, dan mengirimkan Mayor Jenderal Kamada Yahiko yang terkemuka dengan 3.000 polisi dan tentara, untuk melawan 300 orang di sisi Mona Rudao ini. Akhirnya, Pawan Nawi dan anak laki-laki lainnya mendapatkan tato wajah mereka. Dalam hutan beberapa orang mulai melakukan bunuh diri untuk kembali kepada roh leluhur mereka. Dakis Nomin, istrinya Obing Nawi dan pemuda Dakis Nawi mati di sana dengan harakiri.
Jepang menggunakan senapan mesin dan pesawat terbang tetapi tidak dapat
memenangkan pertempuran di pegunungan. Jenderal Kamada sangat marah dengan
kebuntuan yang terjadi dan perintah untuk menggunakan bom gas beracun ilegalpun
dia ambil. Di sisi lain, Kojima Genji menetapkan sayembara untuk membawa setiap
kepala laki-laki, perempuan dan anak-anak di desa Mona Rudao itu, dan memerintahkan
Temu Walis dan anak buahnya untuk melawan Mona Rudao.
Pertempuran berbalik melawan sisi Mona Rudao ini. Banyak yang hilang karena
bom gas beracun dan berperang melawan kelompok dari Temu Walis. Orang-orang
Mona Rudao ini telah kehilangan desanya dan untuk penduduk asli Jepang yang
tinggal didesa tersebut serta yang lainnya mundur ke gua. Pawan Nawi dan anak-anak
merasa putus asa dan meminta untuk melawan berdampingan dengan Mona Rudao. Mona
Rudao meminta mereka untuk membaca kisah penciptaan mereka di mana manusia
pertama dan wanita pertama terbentuk dari pohon yang setengah batu setengah
kayu digunung batu putih.
Dalam perjalanan untuk mencari tempat yang lebih aman, para kelompok wanita tersebut
akhirnya membunuh anak-anak kemudian menggantung diri di pohon-pohon untuk
kembali kepada roh-roh leluhur mereka serta untuk dapat mengurangi beban suplai
makanan yang tersedia untuk para prajurit yang masih sedang berperang. Pihu
Sapu dari desa HOGO juga membantu tetapi ia juga terluka, Piho
Wali, menggantung diri. Temu Walis terguncang ketika ia melihat banyak wanita
digantung disebuah hutan pegunungan tersebut, dan mengklaim bahwa ia bertarung
demi dirinya sendiri bukan untuk Kojima.
Mona
Rudao dan anak buahnya melancarkan serangan dengan putus asa kepada semua
tentara Jepang yang telah menduduki desa Mahebu. Baso Mona, anak Mona Rudao ini,
terluka dan meminta saudaranya untuk membunuhnya. Pawan Nawi dan anak-anak
mati dalam perjuangan tersebut. Sementara itu di sungai, Temu Walis dan orang-orangnya
yang disergap oleh Pihu Sapu dan laki-laki lainnya. Dan terjadi halusinasi pada
diri Temu Walis. Dalam ilusinya, Temu Walis berpikir ia berjuang melawan Mona Rudao
waktu muda sebelum ia meninggal.
Ketika Mona Rudao melihat pertarungan sudah dekat akhirnya, ia
memberikan kepemimpinan untuk anaknya Tado Mona, dan kembali ke istri dan
anak-anak (film menyiratkan dua versi dari cerita nya, yang pertama adalah
bahwa Mona Rudao menembak istrinya, dan yang versi lainnya adalah bahwa istrinya
gantung diri). Beberapa orang dari kelompok perlawanan tersebut menyerah dan untuk bertahan demi kelangsungan
hidup keturunannya. Beberapa orang Pribumi hadir dan mengidentifikasi kepala
orang mati untuk Jepang untuk mendapatkan hadiah dari sayembara yang dibuat
Kojima, dan itu menunjukkan bahwa dalam pertempuran mereka bermusuhan satu sama
lain lebih jauh.
Mahung
Mona, putri Mona Rudao, yang diberikan kesempatan oleh Jepang untuk
membujuk suaminya, dan dikirim untuk menawarkan Tado Mona untuk anggur/wine serta
kesempatan untuk menyerah. Orang-orang mengambil anggur, dan bernyanyi dan
menari dengan wanita, tapi menolak untuk menyerah. Tado Mona mengatakan kepada Mahung
Mona berperan tugas untuk melahirkan dan membesarkan anak, serta mengakhiri hidup
untuk kembali kepada roh-roh leluhur yang menunggu di Jembatan Pelangi dengan
cara menggantung diri di hutan. Akhirnya, Pihu Sapu ditangkap dan disiksa
sampai mati.
Perang berakhir, dan bahkan Jenderal Kamada sangat terkesan
dengan semangat musuhnya. Orang-orang yang masih hidup dari desa-desa yang
memberontak dikeluarkan dari rumah mereka, dan kemudian diserang oleh Kojima. Mona
Rudao hilang, dan pemburu asli dengan dibimbing oleh seekor burung
untuk menemukan tubuhnya. Pemburu kemudian melihat Mona Rudao dan
orang menyusul legenda Seediq untuk menyeberangi Jembatan Pelangi. Film
berakhir dengan adegan beberapa orang pribumi menceritakan kisah penciptaan
mereka kembali.
Demikianlah sekilas mengenai “Legenda
SEEDIQ BALE: Laskar Pelangi” semoga dapat menambah wawasan
pembaca dan mengenal keberagaman budaya dan suku yang ada dimuka bumi ini; penulis
hanya berpesan tetap bijak dan dapat mengambil hikmah serta pembelajaran dari
cerita diatas yang penulis coba sajikan disini. Jangan bosan berkunjung di blog
ini.
Salam hangat buat pengunjung blog ini. GBU.
Kembali ke ................................
http://opinibebasrempong.blogspot.com/2015/07/seediq-bale-laskar-pelangi-taiwan.html
Kembali ke ................................
http://opinibebasrempong.blogspot.com/2015/07/seediq-bale-laskar-pelangi-taiwan.html