Thursday 14 May 2015

Kemenpora Vs PSSI ada apa?



Awal perseteruan kedua lembaga ini dimulai karena Sanksi pembekuan PSSI dikeluarkan setelah organisasi induk sepak bola Indonesia ini tidak mengakui hasil rekomendasi Badan Olahraga profesional Indonesia, BOPI, yang melarang keikutsertaan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dalam liga sepak bola.PSSI tetap mengizinkan Arema dan Persebaya bertanding, awal Maret 2015 lalu. Di sinilah, Kemenpora kemudian menulis surat peringatan pertama dan kedua, tetapi tidak ditanggapi.

Hal keributan PSSI dengan Kemenpora sudah sering kali terjadi, dan mereka seperti tidak pernah belajar dari pengalaman yang terjadi sebelumnya. Seperti lagu lama diputar kembali dengan cover yang berbeda, tetapi masalah intinya selalu ada di posisi elit dalam jajaran 2 lembaga yang menangani olah raga sepak bola tersebut.

Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi, jika pihak PSSI bisa berkoordinasi dengan baik. Dimana secara riilnya pembiayaan olahraga sepak bola masih dibiayai oleh pemerintah melalui APBD yang notabenenya masih pemerintah juga yang andil membiayai dan memfasilitasi semua sarana dan prasarana olahraga. Wajar pemerintah memberikan sanksi pembekuan kepada PSSI.

Kecuali PSSI sudah mampu mandiri dan tidak lagi dibiaya pemerintah, serta membangun sendiri fasilitas olahraga tersebut untuk setiap daerah dan dapat dipergunakan oleh klub-klub sepak bola yang ada. Buatlah olah raga sepak bola ini sebagai suatu industri olah raga yang maju, tidak seperti saat ini. Hanya meributkan posisi jabatan di PSSI yang basah, makanya banyak yang memperebutkannya dan dicampur aduk dengan politik, makin lengkaplah kisruh ini. Belum ditambah lagi dengan bumbu berita dari media massa, yah kita bisa maklum kalo awak media massa “ada gula pastilah banyak semut” mereka pasti memberikan berita yang dapat menjual dan menaikan rating mereka dalam oplah penjualan.

Belum lagi gaji para pemain sepak bola asing ataupun lokal yang belum dibayar sampai berbulan-bulan, bahkan sampai 8 bulan. Hal ini tentunya bukan PSSI yang menanggung citra atau images dimata dunia; dimana ada gaji pemain asing yang belum dibayar sampai berbulan-bulan tersebut, tapi pemerintah yang menanggung masalah ini. Hal ini membuktikan adanya keburukan dalam manajemen PSSI dalam melakukan tugasnya. Diperlukan audit sepertinya di PSSI, pertanyaannya apakah sudah pernah ada yang mengaudit PSSI ini? Karena tidak akan mungkin organisasi PSSI ini bermasalah kalo mereka menjalankan manajemen tugasnya benar, dan juga tidak akan banyak yang memperebutkan jabatan ketua PSSI kalo tidak basah ladang jabatan sebagai ketua atau pengurus PSSI ini? belum lagi adanya mafia pengaturan skor pertandingan yang terjadi.

Dan  masalah supporter kita yang tidak tertib dan sukanya tawuran terus, juga menambah masalah dalam persepak bolaan kita saat ini. Semakin menambah wajah kelam buat olah raga sepak bola kita yang harus segera diatasi dan dibenahi. Untuk penyelesaian dari supporter sepak bola ini mesti ada penangganan yang jitu dan harus sedikit diberi shock theraphy kepada mental-mental supporter yang suka tawuran tersebut.
Hendaknya stakeholder yang terlibat dan berkepentingan dipersepak bolaan ini bisa segera membenahi kisruh ini jika mereka sadar mana yang lebih penting, dibanding mereka saling mempertahankan ego masing-masing.

Semoga sekedar unek-unek penulis bisa membantu memberikan sedikit pencerahan buat yang berseteru diatas untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan persepak bolaan di Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. “Mens sana in corpore sano” di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula.