Sunday 19 July 2015

Kuliner 3D (3 Dimensi)



Perkembangan teknologi dalam memenuhi kebutuhan gaya hidup manusia terus berkembang. Diantara teknologi IT tersebut adalah teknologi 3D, dimulai dari 3 dimensi (3D) didalam seni animasi dan film kemudian berkembang ke permainan game dalam Playstation dan cetakan atau printing. Seni 3D ini merupakan bentuk penyempurnaan dari bangun ruang atau bentuk, sehingga terlihat lebih tampak hidup atau mulai mendekati dari bentuk bangun ruang aslinya dalam kehidupan nyata.
Permainan seni 3D ini sangat populer seiring perkembangan teknologi komputer, banyak animasi dan film yang dihasilkan dari teknologi seni 3D ini. Dan pada tahun 2015 ini akhirnya penerapan seni dan teknologi 3D sedang dikembangkan dalam dunia makanan atau yang dikenal dengan Kuliner 3D. Bentuk-bentuk unik dari kuliner 3D dimulai dengan model dummy kuliner, yang akhirnya diciptakan benar-benar kuliner 3D yang dapat dimakan.

Perkembangan Kuliner 3D ini masih dalam bentuk ujicoba dan penyempurnaan, tetapi dibeberapa Negara maju mulai dikembangkan peralatan yang mendukung kearah kuliner 3D ini diantara Negara tersebut adalah Amerika dan Spanyol yang sedang mempopulerkannya. Mesin Printer untuk membuat sajian Kuliner 3D ini, memang sesuatu yang masih sangat baru didunia kuliner. Dan merupakan revolusioner dalam bidang seni kuliner saat ini.


Kuliner 3D ini masih terbatas dalam makanan ringan seperti kue-kue, cokelat, dan panganan manis lainnya. Salah satu perusahaan pembuat printer kuliner 3D ini yang berada di Amerika, pada awal bulan Februari lalu diluncurkan di Las Vegas. Printer ini diluncurkan dalam dua versi yaitu, Cheftjet dan Chefjet Pro. Printer ini mampu menciptakan bentuk dan perpaduan warna yang sempurna. Makanan yang dicetak sangat luar biasa dan pastinya membuat orang yang melihatnya tertarik untuk memakan. Tapi Beberapa bulan kemudian di Venlo, Belanda Printer bernama Foodini juga dipamerkan dalam suatu event teknologi. Mesin Printer Foodini ini adalah kreasi dan dikembangkan oleh start-up Spanyol 'Foodini' yang ada di Barcelona.


Lynette Kucsma, salah satu dari empat pendiri perusahaan itu, memaparkan, "Gampangnya, bayangkan ini sebagai alat perakit. Ambil contoh, ravioli. Sesering apa kita membuat sendiri di rumah? Mungkin sangat jarang. Dari perspektif perangkat dapur rumahan, alat ini ditujukan bagi mereka yang gemar membuat makanan segar. Dari sudut pandang restaurant, alat ini menarik sebagai elemen desain dan Koki tetap berperan. Harga perangkat dapur modern ini sekitar 1.000 Euro. Desain untuk makanan, dirancang para koki melalui komputer. Dengan itu, kreativitas dan gagasan nyaris tidak ada batasannya. Inovasi dalam dunia kuliner yang muncul ini tentunya sangat memberikan suatu atmosfer baru dalam industri kuliner yang sedang berkembang saat ini.

Beberapa supermarket sudah melakukan pengujian pembuatan kue-kue dengan bantuan mesin cetak 3D. Begitu pula di beberapa restaurant di luar negeri yang menawarkan makanan penutup (dessert) yang dicetak secara 3 dimensi. Beberapa pihak bahkan mengklaim bahwa nantinya akan ada printer makanan 3D di setiap rumah tangga dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Satu hal yang pasti, ini adalah pangsa pasar yang tengah berkembang pesat dan memiliki potensi bisnis yang menjanjikan. Namun, untuk mewujudkan kenyataan tersebut, masih diperlukan banyak penelitian. Berbagai aspek masih perlu diperhitungkan untuk memastikan keselamatan dan nilai kualitas makanan yang dicetak dengan mesin printer 3 dimensi. Karena saat ini, meskipun dibuat dengan teknologi canggih, namun tetap saja kualitas gizi dan makanan-makanan tiruan ini masih tak sebagus aslinya.

Demikianlah sekilas mengenai “KULINER 3D” semoga dapat menambah wawasan pembaca dan lebih mengenal keberagaman teknologi sebagai pendukung dan motivasi dalam berkreasi usaha; penulis hanya berpesan tetap bijak dan dapat mengambil nilai manfaat diatas yang penulis coba sajikan disini. Jangan bosan berkunjung di blog ini. Salam hangat buat pengunjung blog ini. GBU.