Thursday 22 October 2015

Penyelamatan Kehidupan di Dalam Air

Pada suatu ketika jika anda makan dengan lauk ikan, coba bayangkanlah sejenak rantai energi raksasa yang menghasilkan binatang itu. Misalkan saja, lauk ikan tadi 100 gram beratnya. Menurut perkiraan , untuk menjadikan ikan seberat 100 gram itu diperlukan 100.000 gram mahkluk laut lainnya. Pertama, diperlukan 10 gram plankton nabati, untuk menghasilkan satu gram plankton hewani;
kemudian dibutuhkan 10 gram plankton hewani, untuk menghasilkan satu gram makhluk laut kecil yang dimakan oleh ikan yang anda makan tadi. Ikan itu memerlukan makanan seberat 20 kilogram untuk tumbuh sampai seberat dua kilogram pada saat nelayan menangkapnya.

Jika anda terkesan oleh angka ini, pikirkanlah ikan yang ditangkap setiap tahun. Semenjak pertengahan tahun 1940-an konsumsi ikan dunia telah naik sampai delapan kali lipat, yakni 70 juta metrik ton pada tahun 1975. Sekitar 85 persen dari ikan ini berasal dari laut, yang selalu merupakan sumber bahan makanan yang dapat diandalkan serta tetap. Sekarang, banyak orang meragukan apakah keadaan ini dapat dipertahankan. Beberapa negara pengusaha perikanan besar mengerahkan armada penangkap ikan dengan teknik penangkapan yang efisien di lepas pantai timur laut Amerika Serikat dan Kanada Tenggara. Ikan di sana terkuras habis sehingga hadok, misalnya, terancam kepunahan bagi perdagangan. Di Laut Bering kelestarian udang pun terancam juga; penangkapan ikan yang dilancarkan secara intensif di Pasifik Barat Laut telah menurunkan jumlah cadangan ikan sampai tingkat yang sangat kritis. Pada akhir tahun 1970-an, sesudah negara pengusaha perikanan besar menolak pembatasan penangkapan ikan, banyak negara memperluas pengawasan terhadap sumber perikanan sampai seluas 322 kilometer dan menekan jumlah penangkapan secara ketat dengan maksud untuk memulihkan kepadatan populasi ikan yang telah menipis. Akan tetapi, untuk mengetahui apakah tindakan tersebut sudah cukup menyelamatkan kehidupan di dalam air, mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun.   

Menjala ikan dengan cara sederhana dapat menghidupi masyarakat kecil atau keluarga besar. Tetapi cara penangkapan seperti ini hanya dapat dilakukan bilamana musim dan tempatnya sesuai. Jaring Tarik modern dengan mata rapat dan alat penemu ikan merupakan penyempurnaan jaring sederhana yang hebat. Tetapi dengan cara ini orang masih saja tidak puas untuk berburu ikan lebih banyak lagi. Banyak ahli lingkungan yang berpendapat bahwa yang lebih baik ialah dengan cara beternak ikan atau pembudidayaan ikan. Mencari ikan dengan sonar menambah efisiensi armada nelayan, akan tetapi di beberapa daerah  hal ini sangat menipiskan populasi ikan. 

Inilah hasil tangkapan sehari sebuah perahu saja. Bayangkanlah banyaknya ikan yang ditangkap oleh ribuan perahu di seluruh dunia.

Pencemaran adalah Ancaman Kehidupan.

Pada akhir bulan Maret tahun 1978, kapal tangki raksasa Amoco Cadiz milik Amerika kandas dan patah menjadi dua di lepas pantai Bretagne, Perancis. Dalam waktu dua minggu telah ditumpahkan ke laut 220.000 ton minyak mentah – tumpahan terbesar di dalam sejarah – yang mengotori pantai sepanjang 160 kilometer. Tak terhitung jumlah ikan dan burung laut yang mati karenanya. Gulma laut yang penting hampir rusak sama sekali, dan tak seorang pun mengetahui berapa besar akibatnya terhadap mata rantai pertama pada rantai makanan samudera, yakni plankton dan gulma laut.

Pada tahun 1973 sebuah perusahaan kimia Jepang telah dipersalahkan mencemari Teluk Minamata yang terdapat di pantai barat Pulau Kyushu – Jepang, sebab perusahaan itu telah membuang limbah pabrik yang mengandung metil raksa. Bertahun-tahun sebelumnya orang yang makan ikan dari teluk itu menjadi korban keracunan raksa: bibir serta anggota badannya menggelenyar, kemudian tak berasa lagi, otot-ototnya tak dapat dikendalikan, dan bicaranya menjadi tidak jelas. Lebih dari 800 orang dinyatakan keracunan, dan lebih dari 100 dari jumlah tersebut telah tewas karenanya.

Setiap hari pabrik-pabrik membuang limbah yang mengandung racun ke sungai yang menghanyutkannya ke laut. Banyak pembuangan ini dilakukan secara sengaja karena kurangnya pengetahuan dan perhatian mengenai akibat rusaknya kehidupan di dalam air yang merupakan bagian dari rantai makanan dunia – hanya karena membuang limbah ke sungai lebih murah ongkosnya daripada mencari cara pembuangan lain. Pembuangan limbah dan racun ke perairan yang semula sehat merupakan masalah yang lebih cepat meluasnya daripada pengetahuan orang tentang bencana yang mungkin ditimbulkan. Di sini kita melihat salah satu ancaman yang paling berbahaya terhadap samudera – demikianlah pendapat para ahli pengawetan alam.  

Demikianlah sekilas mengenai “Penyelamatan kehidupan di dalam air” semoga melalui tulisan ini dapat menambah wawasan pembaca dan lebih memahami mengenai kehidupan di dalam air dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta dapat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari; penulis hanya berpesan tetap bijak dan dapat mengambil nilai manfaat diatas yang penulis coba sajikan disini serta dapat menjaga alam yang sudah disediakan oleh Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Jangan bosan berkunjung di blog ini.  Salam hangat buat pengunjung blog ini. GBU.